Ceritanya, waktu kita iseng ke ibu kota.Tadinya mau seneng seneng, namun duit yang mepet membuat kita susah benrnafas karena menahan lapar.Kehidupan yang luar biasa dimana, harga sepiring nasi mlebihi harga ayam bakar di BBQ jogja.Mau ke mall, uang udah abis untuk mask masuk tol gara gara gak tau jalan.Udah gitu kemacetan yang buat sopir kami menjadi uring uringan, membuat udara yang semakin panas di dalam mobil.
Hari yang naas itu adalah hari rabu, setelah ke kantor GIGI untuk teken kontrak di daerah tebet dalam. Kami melewati sebuah warung kecil yang hanya gerobak yang ditendain.yang membuat kami menarik adalah tulisan "MIE JAWA". Pikiran kami yang udah kalap, membuat warung itu seperti hamparan salju ditengah kandang macan.
Tanpa pikir panjang kami sengaja memarkirkan mobil kami didekat warung sambil menggebrak pintu mobil, agar pedagang menyadari plt AB kami. Percakapan dengan bahasa jawa menghiasi meja dengan 4 kursi yang sangat sederhana.
Aku memesan mie odog dan wedang ronde.Sambil berakrab akrab ria dengan penjualnya, berharap gratisan ato minimal dimurahin.Beberapa menit kemudian ( baca : 60 menit ), pesanan kami datang.Bayangan mie asoy khas jogja hilang sudah. Di depan kami terhampar mangkok kelebuhan kuah dengan kol yang mengapung apung, ayam yang sedikit memberi kesan punahnya ayam di muka bumi, mi yang abis dengan satu sruputan membuat hilang air liur yang dari tadi sudah keluar dari mulut kami.
Kami diam, bahasa jawa yang dari tadi keluar hilang.Senyap.hanya dalam tempo yang sesingkat singkatnya, makanan kol mengapung tadi habis. Berharap wedang ronde mengobati kekesalan kami, namun itu sia sia.Jahe instant yang yang dituang dalam mangkok membuat ilfil setiap orang yang melihatnya, alhasil ronde yang mirip air panas dengan kacang tadi menambah luka.
Tanpa berharap apapun kita pulang dengan tambah kesal, melihat harga 1 porsi kol apung ditambah air panas kacang tadi 15.000.
Hari yang naas itu adalah hari rabu, setelah ke kantor GIGI untuk teken kontrak di daerah tebet dalam. Kami melewati sebuah warung kecil yang hanya gerobak yang ditendain.yang membuat kami menarik adalah tulisan "MIE JAWA". Pikiran kami yang udah kalap, membuat warung itu seperti hamparan salju ditengah kandang macan.
Tanpa pikir panjang kami sengaja memarkirkan mobil kami didekat warung sambil menggebrak pintu mobil, agar pedagang menyadari plt AB kami. Percakapan dengan bahasa jawa menghiasi meja dengan 4 kursi yang sangat sederhana.
Aku memesan mie odog dan wedang ronde.Sambil berakrab akrab ria dengan penjualnya, berharap gratisan ato minimal dimurahin.Beberapa menit kemudian ( baca : 60 menit ), pesanan kami datang.Bayangan mie asoy khas jogja hilang sudah. Di depan kami terhampar mangkok kelebuhan kuah dengan kol yang mengapung apung, ayam yang sedikit memberi kesan punahnya ayam di muka bumi, mi yang abis dengan satu sruputan membuat hilang air liur yang dari tadi sudah keluar dari mulut kami.
Kami diam, bahasa jawa yang dari tadi keluar hilang.Senyap.hanya dalam tempo yang sesingkat singkatnya, makanan kol mengapung tadi habis. Berharap wedang ronde mengobati kekesalan kami, namun itu sia sia.Jahe instant yang yang dituang dalam mangkok membuat ilfil setiap orang yang melihatnya, alhasil ronde yang mirip air panas dengan kacang tadi menambah luka.
Tanpa berharap apapun kita pulang dengan tambah kesal, melihat harga 1 porsi kol apung ditambah air panas kacang tadi 15.000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar